Sabtu, 12 September 2009

Analogi dan Konsekuensi

Beberapa hari yang lalu, seorang teman mengeluhkan kucing yang sedang ada dalam perawatannya. Kucing tersebut merupakan ‘korban’ praktikum bedah kelompok kami, praktikum mata kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner I. Teman yang kebetulan mendapat giliran merawat kucing tadi mengeluhkan kalau setiap hari ia harus membersihkan feses-feses kucing yang bau dan terganggu dengan suaranya yang berisik…”ngeong terus!” katanya. Lalu, oleh teman yang lain, keluhan itu ditanggapinya dengan serius dan tegas, kurang lebih seperti ini dia bilang; “Lhoh, itu kan sudah jadi konsekuensimu sebagai mahasiswa kedokteran hewan, ya kamu harus siap dunk dengan kondisi seperti itu!”
Setiap pilihan, baik yang kita “inginkan” maupun yang kita “dapatkan”, selalu menuai konsekuensi. Ketika kita memilih (dipilihkan) untuk menjadi seorang dokter hewan misalnya, maka kita harus siap dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, termasuk merawat kucing seperti cerita di atas. Meski kucing tersebut mengganggu kita dengan suaranya, bau, dan feses-fesesnya atau mencakar-cakar kita sekalipun, kita harus tetap berbesar hati merawat dan memperlakukannya sebaik mungkin, minimal selama kucing tersebut masih ada dalam masa tanggung jawab kita. Apalagi masalahnya adalah, si kucing kan ngga bisa ngomong, kucing ngga bisa bilang kalau, misalnya, dia tidak suka kalau dikandangin terus. Kita pun sulit memahami keinginan si kucing. Namun, demi rasa tanggung jawab dan sadar bahwa itulah konsekuensi dari pilihan kita sebagai calon dokter hewan, maka, sekali lagi, kita harus tetap berbesar hati merawat dan memperlakukannya sebaik mungkin, minimal selama kucing tersebut masih ada dalam masa tanggung jawab kita.
Dalam dunia kelembagaan atau keorganisasian, cerita di atas dapat menjadi sebuah analogi. Layaknya seorang pemimpin yang tetap berbesar hati menjalankan fungsi kepemimpinannya meski banyak gangguan atau ancaman baik dari dalam maupun dari luar sistemnya, sistem yang dia pimpin. Meski banyak kritikan, omomngan-omongan yang tidak enak, meski dicakar-cakar sekalipun, seorang pemimpin yang baik akan menanggapi semua itu tetap dengan pikiran yang positif, bahwa itulah salah satu konsekuensi yang harus dihadapi, dan tetap melakukan yang terbaik untuk anggota dan sistemnya, minimal selama anggota dan sistem tersebut masih ada dalam masa tanggung jawabnya. Tidak ada organisasi manapun yang dapat memuaskan seluruh anggotanya, pun sama halnya dengan seorang pemimpin. Satu kepala untuk puluhan kepala lainnya, pasti yang satu itu tidak akan pernah bisa memuaskan semuanya. Namun karena dia tahu bahwa tanggung jawabnya adalah dunia-akhirat, maka dia tetap melakukan yang terbaik, menurutnya. Tetap butuh bantuan (pro), tetap butuh kritikan dan atau peringatan (oposisi).
Berbeda dengan kucing, manusia memiliki kemampuan untuk mengutarakan apa yang ia rasakan. Manusia memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan apayang ia pikirkan. Sehingga, ketika kita, misalnya, adalah anggota dari sebuah sistem dan kita mulai merasa ada ketidaksesuaian, kita mulai tidak nyaman dengan seseorang atau kondisi yang kita alami dari sistem itu, maka akan lebih baik dan lebih bijaksana kalau kita mengkomunikasikan apa yang kita rasakan kepada pimpinan atau orang yang bersangkutan secara langsung. Tidak dipendam sendiri, apalagi mencerca dari belakang. Seorang pemimpin dituntut untuk bisa memahami anggotanya, namun dia juga manusia biasa yang tidak selamanya bisa mengerti tanpa ada yang mengutarakan. Ketika dia lupa atau melakukan suatu kesalahan, dia lebih suka mendapatkan kritikan secara langsung, sepedas apapun kritikan itu, daripada hanya mengendus bau ketidaksukaan atau mendengar “ngeong-ngeong” anggotanya di belakang. Kalaupun seperti itu yang terjadi, sekali lagi bahwa dia tahu itulah salah satu konsekuensi menjadi seorang pemimpin. Kalaupun seperti itu yang terjadi, dia akan tetap berbesar hati menjalankan fungsi kepemimpinannya, menyayangi, dan melakukan yang terbaik untuk anggotanya. Minimal selama anggota tersebut masih ada dalam masa tanggung jawabnya.Pun ketika ancaman atau gangguan itu datang dari luar sistemnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar