Selasa, 22 Juni 2010

"Sungguh, ketika aku dihadapkan pada dua pilihan: membangun manusia atau membangun sistem, maka aku akan membangun manusia terlebih dahulu"

Tidak diragukan lagi, perubahan itu memang seharusnya dimulai dari perubahan pada aspek pelaku perubahan, yaitu manusia. Sehingga, membangun great organization berarti membngun great people. Membangun great system berarti membangun great people. Memulai dari manusia kemudian faktor eksternal di luar itu akan secara otomatis menyertai. Semoga paradigma berfikir seperti itulah yang kemudian seharusnya menjadi paradigma berfikir semua pihak yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia, khususnya di kelembagaan kampus.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayah-Nya sehingga kita masih diberi kesempatan untuk menjalankan aktivitas kita sehari-hari. Apa kabar Saudaraku? Ketika jalan untuk memperjuangkan profesi Veteriner di negeri ini masih terlihat sangat panjang, maka bersyukurlah karena kita masih hidup seiring berkembangnya jalan ini. Jalan yang mungkin pahit, karena sesungguhnya surga Allah itu manis. Senang rasanya ketika teman-teman akhirnya mampu memaknai salah satu dari sisi perjuangan profesi kita di tingkat mahasiswa, yaitu pengembangan kualitas sumber daya manusia yang ada atau terlibat di dalamnya. Sehingga tercipta calon dokter hewan yang bangga dengan profesinya, siap berkiprah dalam dunia kesehatan hewan Indonesia, serta siap terhadap tantangan globalisasi.
Jim Collins menuliskan dalam bukunya;”no matter how much you have achieved, you will always be merely good relative to what you can become. Greatness is an inherently dynamic process, not an end point.” Beberapa hal yang membedakan ‘good’ dengan ‘great’ adalah “time” dan “ending point”. ‘Good’ adalah sukses yang berjangka waktu dan memiliki ending point, sedangkan ‘great’ adalah kesuksesan berjalan, bersifat jangka panjang tanpa ada ending point. Selanjutnya, yang menarik adalah, perbedaan besar yang membedakan ‘good’ dengan ‘great’ adalah ‘people’. Great organization memberikan perhatian yang sangat besar pada sumber daya manusia (people) di dalamnya. Karena organisasi sangat menyadari bahwa manusia adalah aset utama organisasi, sedangkan selebihnya hanya sebatas alat.
Maka di FKH IPB pada awal tahun 2009 terciptalah sebuah VISI (Veterinary Integrity and Skill Improvement) sebagai bentuk kongkrit perjuangan profesi ditingkat mahasiswa, segala sesuatu tentang pengembangan kualitas sumber daya manusia, seperti yang telah diuraikan di atas. Sukses VISI di tahun pertamanya adalah sebagai pilot project yang kemudian direkomendasikan untuk dilaksanakan di FKH se-Indonesia. Sehingga memasuki tahun keduanya, 2010, jejak-jejak VISI akhirnya diikuti dengan akan berdirinya sebuah program sejenis di FKH UGM pada bulan September, dan segera menyusul di daerah Jawa Timur, tepatnya di FKH UNAIR yang saat ini sedang dalam perancangan. Semoga jejak-jejak ini kemudian dapat menjadi sebuah role model juga di FKH yang lainnya. Tentu dengan visi yang sama, yaitu demi terciptanya calon dokter hewan yang bangga dengan profesinya, siap berkiprah dalam dunia kesehatan hewan Indonesia, serta siap terhadap tantangan globalisasi.
Sungguh tidak ada sedikit pun kepentingan personal ataupun institusi di sini, karena pergerakan ini murni membawa misi yang bersih dan suci; Bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Juga tidak mengharapkan sesuatu apapun dari manusia; tidak mengharapkan harta benda atau imbalan yang lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Harapan besarnya hanyalah terciptanya generasi madani kedokteran hewan yang lebih profesional dan unggul dalam kompetensinya, serta kebaikan sepenuhnya dari Allah-Pencipta alam semesta.
Kita patut bersyukur karena masih diberikan kesempatan dan kekuatan untuk bisa bermanfaat bagi manusia yang lain, karena kita sadar bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling besar konribusinya dan paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Kemudian yakinlah bahwa ketika kita fokus ke pengembangan SDM, maka sesungguhnya kita juga sedang berkembang. Ketika kita mengembangkan orang lain maka kita juga akan berkembang. Semoga kita bisa tetap istiqomah di jalan ini, jalan perjuangan yang mungkin akan sangat panjang, jalan yang mungkin pahit, karena sesungguhnya surga Allah itu manis. Semoga keikhlasan tetap kuat sebagai motivasi kita di jalan perjuangan ini, semoga persaudaraan tetap kuat sebagai ikatan kita di jalan perjuangan ini, dan semoga kebenaran tetap kuat sebagai ideologi kita di jalan perjuangan ini. Viva Vets!
Bogor, 20 Juni 2010-Arief Ervana, M

Sabtu, 19 Juni 2010

Our Next Property...



Teman-teman ini adalah desain jacket kita, dilengkapi dengan nama dan no. identitas teman-teman di VISI. Dipesan terbatas untuk angkatan 1 dan 2. Bahan kanvas, harga Rp 95.000,- bagi teman-teman angkatan 1 dan 2 yang berminat segera SMS dengan format : Nama_angkatan_ukuran(M/L/XL/XXL) kirim ke 0852 2685 5828 sebelum 1 Juli 2010.
Nb. Ukuran standar Indonesia

Ini yang lainnya... :)





Rekan-rekan, inilah masa itu... angkatan I (bersambung)





Jumat, 26 Maret 2010

Rekan-rekan IMAKAHI, bangun dan jaga hubungan baik dengan stakeholders kita…!

Pagi 26 Februari 2010,, saya diundang untuk mengisi sebuah acara yang bertajuk “GET SPIRIT GET SPONSORSHIP”, yang diadakan oleh BEM Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Secara garis besarnya saya diminta untuk menyampaiakan bagaimana cara menjalin kerjasama dan mendapatkan sponsorship untuk kegiatan-kegiatan mahasiswa/organisasi mahasiswa. Akhirnya materi saya buat 80% berdasarkan pengalaman saya selama kurang lebih 3,5 tahun ini aktif di lembaga kemahasiswaan, termasuk tentunya kegiatan-kegiatan terkait sponsorship dan kemitraan.
Rekan-rekan, VISI merupakan salah satu kegiatan yang saya nilai berhasil dengan misi kemitraannya. Sejauh ini juga VISI masih merupakan prestasi terbesar saya dalam menjalin kemitraan dan sponsorship. Materi yang saya sampaikan dalam acara “GET SPIRIT GET SPONSORSHIP” itu juga secara tidak langsung pernah saya sampaikan juga ke Manajemen VISI, dan hari ini saya coba menuliskannya untuk rekan-rekan semua.
Saya tidak akan berpanjang lebar karena kunci keberhasilan dari misi kemitraan VISI adalah kami mengoptimalkan sebuah hal kecil yang mungkin banyak dilupakan, adalah “The Power of Relationship”.
Ada beberapa pernyataan yang coba saya buat dan silakan pertanyakan kepada diri sendiri benar atau salahnya;
 Mahasiswa (yang membawa nama organisasi)cenderung mendekati “sumber keuangan”nya hanya ketika ia butuh
 (Mungkin) Ada hubungan baik yang sempat terbina, tapi selesai seiring dengan selesainya kegiatan yang digagas
 Beberapa kasus lebih parah lagi : tidak ada LPJ!
 Terjadi lose contact dengan Stakeholders terkait, minimal sampai kegiatan berikutnya (sampai butuh “dana” lagi)
 Memposisikan Stakeholders tidak semestinya (hanya sebagai “sumber keuangan” tambahan)
Benar atau tidak, tapi itulah yang banyak terjadi, yang juga banyak dikeluhkan, dan harus segera diluruskan!
Beberapa orang menyebutnya “The Law of Connection”, yaitu mengerti apa yang menjadi ‘modalities&sub-modalities of communication’ seseorang serta paham bagaimana untuk melakukan ‘pacing and leading’ body language dan membangun ‘rapport’ yang kuat dengan orang lain. Bahasa gampangnya: JAGALAH HUBUNGAN BAIK, karena itulah yang akan memunculkan yang namanya “The Power of Relationship”.
Rekan-rekan, kita (IMAKAHI) memiliki banyak sekali stakeholder di luar sana. Stakeholder peternakan dan kesehatan hewan khususnya. Baik itu institusi pemerintah seperti PEMDA masing-masing, maupun swasta, dan swasta veteriner. Apalagi di masing-masing wilayah kita; Aceh, Bogor, Jogja, Bali, Surabaya, Malang, dsb. Sekarang pertanyakan lagi, sejauh mana hubungan kita (IMAKAHI) dengan stakeholders yang ada? Masihkah kita menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak yang pernah membantu kita?
Rekan-rekan, tidak perlu mahal atau ribet untuk menjaga hubungan baik. Kemajuan teknologi di abad ini sudah membuat jarak bukan halangan untuk bersilaturahmi. Contoh, minimal kirim sms untuk menanyakan kabar, atau mengucapkan selamat tahun baru misalnya. Kecil tapi berkelanjutan, untuk silaturahmi tetap terjaga. Karena, Kegiatan/sesuatu apapun yang continue(sustainable), walaupun sedikit tapi akan sangat berkesan. Sebaliknya kegiatan/apapun yang tidak continue (unsustainable), walaupun banyak dan besar tapi pengaruh dan kesuksesannya sangat kurang, bahkan akan hilang dimakan waktu. Yakinlah bahwa dengan menjaga hubungan baik, kita (personal/organisasi), akan banyak sekali mendapatkan manfaat, pun bisa memberikan manfaat.

Sabtu, 20 Maret 2010

Testimoni : Untuk para Pejuang Profesi

Ketika orang tertidur kamu terbangun itulah susahnya. Ketika orang merampas kamu membagi itulah peliknya. Ketika orang menikmati kamu menciptakan itulah rumitnya. Ketika orang mengadu kamu bertanggungjawab itulah repotnya. Makanya tidak banyak orang bersamamu disini, mendirikan imperium kebenaran.
Perlahan terkadang hak-hak pribadi tidak terpenuhi…jangan tanyakan kemana yang lain, jangan tanyakan kenapa kita sendiri, jangan mengingat apa yang kita dapat, jangan mengingat apa yang telah kita korbankan… Karena sesungguhnya Allah telah memilih diri kita. Maka tetaplah bersabar dan ikhlaslah… Bersyukurlah karena kita masih hidup seiring berkembangnya jalan ini, jalan yang mungkin pahit….karena surga Allah itu manis… Viva Vets!

Menyimak "Mencari Pahlawan Indonesia" (by Arina Zuliany)




Perjuangan itu tak akan pernah ada habisnya. Begitu banyak gelombang euphoria dan ekstrapolasi dari setiap sendi perjalanan ini. Namun, memang tak dapat dipungkiri bahwa kehidupan tak selalu memberikan senyuman pada setiap relungnya. Terkadang kitalah yang harus menambahkan senyuman tersebut walau kenyataan begitu mengingini tangisan kita. Dalam keadaan yang benar-benar berkecamuk, dari dalam dan dari luar, begitu kita ingin semua ini segera selesai. Sedikit kehilangan kontrol atas setir yang kita pegang sendiri, sedikit terguncang di atas aspal panas yang kita jejaki saat ini, yang arahnya menuju kepada masa depan yang gemilang. Terkadang hal seperti ini menggerogoti semangat kita yang menggebu untuk maju. Sadarilah, bahwa kitalah sang pemegang kendali. Kita harus fokus pada tujuan, alih-alih fokus pada masalah.

Saya pun pernah terjebak dalam situasi penuh konflik dengan diri sendiri. Namun, di titik nadirnya, secara kebetulan, saya dipinjami sebuah buku oleh seorang saudara yang baik hatinya. Buku tersebut berjudul Mencari Pahlawan Indonesia karangan Anis Matta. Kata-katanya begitu lugas bertenaga, padat makna dan perenungan. Membaca buku tersebut, membuat saya paham jalan pikiran orang-orang yang berjuang tanpa kenal lelah, memikirkan masalah yang jauh dari dirinya sendiri, memikirkan masyarakat, memikirkan Indonesia, memikirkan peradaban dunia. Tulisan itu berusaha mengatakan bahwa tidak ada peradaban yang akan selamat dari kepunahan bila generasi mudanya begitu skeptis dan tak peduli. Kata-katanya menggambarkan keprihatinan mandalam akan nasib negeri ini bila tidak ada lagi pahlawan yang rela hadir dan datang untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar perdaban. Dan pahlawan itu benar-benar tidak akan hadir, bila kita tidak lekas sadar. Karena sang pahlawan itu adalah KITA. DIRI KITA SENDIRI.

Mirisnya, terkadang kita terlalu sibuk memikirkan masalah sepele dan menjadikan sang pahlawan menjadi melakolistis. Malu bila mengambil langkah yang penuh risiko, enggan untuk membuat terobosan, cenderung nyaman dengan terus berada di zona aman, terlalu takut melanggar konsensus.... Persis golongan tua yang anti inovasi.

Namun, poin pentingnya yang saya simak dari buku tersebut adalah buku itu ditulis untuk para lelaki. Buku itu menunjuk pada para pria.. Bukan perempuan. Perempuan diposisikan sebagai pendamping setia bagi sang pahlawan. Perempuan adalah sumber tenaga tak terhingga bagi laki-laki. Hmm.. Mungkin itu kesan yang muncul bila kita lihat sekilas, Saudara-saudara...

Adalah penting untuk kita sadari bahwa perempuan juga layak untuk menjadi seorang pahlawan. Dan di buku tersebut, perempuan yang baik justru menjadi pahlawan bagi seorang pahlawan. Dialah sumber energi kepahlawanan itu, dialah pencetak pahlawan itu. Dalam memahami buku tersebut saya pun tergelitik untuk ikut mendeklarasikan diri menjadi salah satu orang yang dicari dan dirindukan peradaban dunia. Perempuan bisa menambah pengetahuan dan pengalamannya terus, sehingga membentuk kematangan dan kedewasaan emosi yang baik serta berbekal ilmu yang berkah untuk dapat digunakan untuk mendidik para calon pahlawan nantinya. Untuk mencapai hal tersebut, tentunya perempuan harus melewati fase-fase penuh tantangan dan pembelajaran, bukannya dengan diam menanti takdir yang datang. Kemudian masih tetap enggan melahirkan dan mendidik pahlawan. Karena dirinya sendiri saja masih belum cukup matang untuk menyadari bahwa dirinya adalah seorang pahlawan dan bahkan darinya jualah para pahlawan berasal. Untuk itu, wahai saudari-saudariku, taklukkanlah tantangan dimana itu tampak mustahil bahkan bagi seorang laki-laki. Taklukkanlah tantangan itu dengan anggun, petiklah ilmunya, simpan untuk bekalmu nanti. Perempuan harus berani, agar dia dapat menularkan keberanian itu kepada perempuan lainnya, dan pada saatnya nanti dia akan menularkan keberanian itu pada anak laki-lakinya. Perempuan dengan gelar doktor atau profesor, misalnya, bukanlah sebuah larangan. Bayangkan bila anak Saudari nanti mendapatkan didikan pertama di masa emasnya langsung dari seorang doktor atau profesor...

Bagi para laki-laki dan perempuan, jadilah pahlawan sejati. Tumpahkanlah semua potensimu di koridornya masing-masing. Seorang pahlawan selalu bisa berdiri tegak ditengah badai yang berkecamuk, selalu tampak santai dalam kesibukannya, selalu tersenyum di tengah kesedihannya, dan selalu mampu menenangkan hati saudaranya bahkan ketika hatinya galau...

Tidak ada pahlawan yang meminta dirinya diakui sebagai seorang pahlawan... Namun, yang dapat kita lakukan adalah mengadopsi kisah-kisah kepahlawanan, dan melakukan yang terbaik tanpa mengharapkan pengakuan dan imbalan. Karena itulah esensi pahlawan sejati.

Nah, Saudara dan Saudariku yang dicintai Allah, siapa yang mau jadi PAHLAWAN SEJATI?
by: Arina Zuliany, bukan siapa-siapa.

Selasa, 09 Maret 2010

KKNI : Menuju Profesi Veteriner yang Berciri Kuat

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjendikti), Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah mengundang semua wakil dari berbagai bidang ilmu yang termasuk dalam pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, teknologi pertanian, dan kedokteran hewan) untuk bersama-sama menyusun KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) atau IQF (Indonesian Qualification Framework) yang akan menjadi Peraturan Presiden (Perpres) pada bulan Maret tahun 2010 ini.
KKNI adalah kerangka kualifikasi yang disepakati secara nasional, disusun berdasarkan suatu ukuran pencapaian proses pendidikan sebagai basis pengakuan terhadap hasil pendidikan seseorang (baik yang diperoleh secara formal, non formal, in formal, atau otodidak). Secara ringkas KKNI ini terdiri dari sembilan level kualifikasi akademik SDM Indonesia dan akan diresmikan dengan Peraturan Presiden.
Hal ini disambut gembira oleh fakultas-fakultas kedokteran hewan se-Indonesia. Selama ini profesi dokter hewan masih dianggap sama dengan teknisi kesehatan hewan. Dengan adanya penjenjangan ini, teknisi kesehatan hewan akan dibedakan dari profesi dokter hewan. Menurut Dekan FKH Universitas Airlangga, Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh., beliau mengatakan bahwa penjenjangan ini memperjelas status dokter hewan di Indonesia. Kelak, dengan adanya penjenjangan ini profesi dokter hewan diakui sama seperti profesi lain dengan tingkat pendidikan magister. “Ini kan sebagai pengakuan untuk skill yang dimiliki oleh para dokter hewan,” ujar Prof. Romziah.
Sistem penjenjangan kompetensi yang dibentuk oleh Depdiknas ini dimaksudkan untuk membedakan sistem penggajian, jenjang karir, dan sertifikasi profesi. Setiap tingkat pendidikan memiliki jenjang level. Misalnya lulusan D3 memiliki level 4, sementara lulusan sarjana memiliki level 6. Untuk profesi dokter hewan, dokter gigi, dan dokter umum memiliki jenjang level 7 atau sama dengan pendidikan magister. Diknas mengharuskan setiap bidang ilmu untuk menyusun sendiri jenjang-jenjang kompetensinya. Profesi kedokteran hewan juga memiliki kekhususan sendiri untuk penataan, dan penjenjangan tersebut ditentukan oleh Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan (MP2KH).
Melalui KKNI yang nantinya diatur juga dalam Perpres akan ditegaskan bahwa tiap bidang ilmu tidak diatur “gambreng” walau serumpun, seperti yang terjadi di negara kita selama ini. Tetapi masing-masing melalui organisasi profesi bersama dengan institusi pendidikannya. Kedokteran Hewan memiliki kuasa penuh untuk menata sesuai versi dunia yang intelektual dan bercirikan medis. Jadi leveling profesi Kedokteran Hewan (Veteriner) tidak bisa diperbandingkan sama sekali dengan ilmu-ilmu pertanian lainnya, bahkan harus mengacu pada bidang Kedokteran saja.
Viva Veteriner,,,, semoga profesi Kedokteran Hewan di Indonesia menjadi berkibar dan berciri kuat, karena akan diatur dalam Peraturan Presiden.

Minggu, 21 Februari 2010

Filosofi Dibalik Akronim : V.I.S.I (disampaikan dalam “Motivation for Management”, 19 Februari 2010)

Ada sebuah filosofi yang selalu saya sampaikan kepada mereka yang rela mengorbankan waktu, pikiran, finansial,dsb. serta mau lebih lelah daripada yang lainnya untuk sebuah perubahan dan kebaikan yang diperjuangkan, yaitu “Perubahan tidak akan terjadi melalui jumlah kelompok yang banyak, perubahan akan terjadi melalui kelompok yang sedikit jumlahnya tapi KONSISTEN”.
Kondisi, presistensi, konsistensi, dan irama perubahan yang konstan adalah kunci jawaban untuk menciptakan sebuah “long lasting change”.
Ketika kita berbicara tentang perubahan maka ada sebuah perjuangan disitu. Ketika kita melihat bahwa kondisi keprofesian kita butuh sebuah perubahan maka yang bisa kita lakukan adalah “berkontribusi” teman-temanku semua. Berkontribusi dalam medan perjuangan kita, yaitu perjuangan profesi ditingkat mahasiswa. Banyak hal yang bisa kita lakukan, termasuk bagaimana meng-upgrade potensi diri kita untuk menjadi pribadi tangguh dokter hewan di masa depan , sedini mungkin!. Sehingga kelak mimpi-mimpi kita, juga mimpi-mimpi para pendahulu kita akan kondisi profesi kedokteran hewan, di Indonesia khususnya, bisa sukses terealisasikan.
Jika ditanya soal mimpi, pasti teman-teman memiliki deskripsi masing-masing tentang mimpi; masa depan, harapan, arahan, cita-cita, tujuan hidup, yang harus dicapai, dsb. Tidak terlepas dari itu semua, mimpi adalah visi teman-teman… Karena MIMPI adalah VISI..!
Salah satu ciri dari pemimpin yang baik adalah pemimpin-pemimpin yang visioner, pemimpin-pemimpin yang memiliki visi. Kemudian ‘menjual’ visi itu kepada para anggotanya, dan dengan seni kepemimpinannya yaitu bagaimana menjadi “power of influence” barisannya diajak untuk bersama-sama bergerak sesuai dengan tujuan, sesuai dengan visi yang dicita-citakan. Lalu apa visi-mu kawan? Sudahkah kau memilikinya?
Kesuksesan dalam mewujudkan impian atau visi merupakan sebuah proses perjuangan yang penuh dengan ujian dan tantangan. Banyak orang yang menyerah ditengah jalan, menyerah ditengah perjuangan, sebelum mereka melihat hasilnya. Sehingga usaha yang telah dirintisnya selama ini hanya sia-sia dan membuang waktu belaka. Karena itu, kesuksesan dalam “long lasting change” menuntut kegigihan dan pantang menyerah.
Thomas Alfa Edison mengatakan bahwa; “Banyak orang gagal karena tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah”.
Pepatah berkata, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Perjalanan seratus mil dimulai dari langkah pertama. Jika jelas VISI kita, tepat, dan siap memperjuangkannya dengan penuh SEMANGAT dan KEYAKINAN yang berlandaskan KEIKHLASAN, akhirnya pasti akan tercapai : “Membentuk generasi madani kedokteran hewan yang profesional dan unggul dalam kompetensinya”…………….pun mimpi-mimpi lain yang jauh lebuh besar. Mimpi-mimpi kita akan profesi, tentang Indonesia di masa depan, dsb. Viva Vets!

Rabu, 10 Februari 2010

Porsi Peran VISI dalam Fungsi IMAKAHI

IMAKAHI melaksanakan fungsinya secara khusus melalui empat bidang eksekutif yaitu Kebijakan Profesi sebagai pelaksana fungsi Kajian, Kominfo sebagai pelaksana fungsi Komunikasi dan Informasi, lalu Kaderisasi sebagai plaksana fungsi pembinaan, kemudian bidang Zoonosis, Litbang, dan Pengmas sebagai pelaksana fungsi Penelitian (dan pengembangan) serta Pengabdian kepada Masyarakat.
Dalam hitungan 100% maka masing-masing bidang memiliki porsi yang sama dalam melaksanakan fugsinya yaitu 25% sebagai angka maksimal. Sehingga ketika semua bidang mampu berperan secara optimal, tidak akan ada lagi anggapan satu atau dua bidang mendominasi bidang yang lain, karena porsinya sama(25%). Dan harus dipahami bahwa pengurus tidak bergerak atas nama bidang yang diampunya, tetapi atas nama IMAKAHI
Berdasarkan hal tersebut di atas, bidang Kaderisasi dalam melaksanakan fungsi pembinaan membagi kedalam tiga kegiatan utama yaitu VISI, Recruitment, dan Up Grading pengurus. Presentasenya kurang lebih 15% : 5% : 5%. Artinya, hal ini menegaskan bahwa VISI hanya merupakan bagian kecil dari pelaksana fungsi IMAKAHI (15% dari 100%). Tentu dengan catatan semua bidang mampu melaksanakan perannya secara optimal.
Berikut adalah PROPOSAL VISI sebagai pilot project, untuk rekan-rekan semua para aktivis IMAKAHI se-Indonesia. Minimal menjadi bahan kajian dan referensi pergerakan, menginspirasi serta menularkan semangat. Untuk berjuang atas nama profesi, karena VISI merupakan salah satu bentuk realisasi perjuangan profesi yang dapat dilakukan sepenuhnya di tingkat mahasiswa. Viva Vets!

Proposal VISI IMAKAHI IPB

Rabu, 06 Januari 2010

Laporan VISI 2009

. Sejak diluncurkan pada tanggal 9 Mei 2009, VISI telah melaksanakan 6 kali In House Training, 1 kali kunjungan lapang/field trip, dan outbound. Kemudian diakhiri dengan ujian kelulusan siswa dan ditutup dengan sebuah studium general pada tanggal 19 Desember 2009. Sebagai sebuah pilot project, VISI akan direkomendasikan untuk bisa dilaksanakan juga di tiap cabang IMAKAHI FKH se- Indonesia. Berikut Laporan Pertanggungjawaban kami selama berkarir dalam VISI CORPORATION tahun ini :

http://www.ziddu.com/download/8049910/LPJVISIOK.

Untuk Direktur Bisnis dan Kemitraan: Usulan program BIRD dalam RKAT KM 2010

Nama : BIRD (Business and Relations Development) Program
Deskripsi :Program pengembangan bisnis dan kemitraan dalam bentuk pembinaan dan pengembangan kualitas para wirausaha muda mahasiswa. BIRD menyelenggarakan pelatihan dan pembinaan kepada wirausaha muda mahasiswa dalam mengembangkan aspek kewirausahaan dengan menghadirkan pengajar–pengajar yang ahli di bidangnya.
Tujuan : Meningkatkan dan memberdayakan potensi kewirausahaan mahasiswa secara kolektif menuju kampus berkarakter kewirausahaan IPB Mandiri 2020
Indikator uraian
a. Input : Wirausaha muda mahasiswa, lembaga-lembaga pelatihan kewirausahaan
b. Output : Wirausaha muda mahasiswa yang lebih matang dan siap bersaing (entrepreneur berkarakter leader)
c. Manfaat : Peningkatan kualitas sumberdaya manusia bidang kewirausahaan dan terjalin hubungan baik (kemitraan/good relations) diantara para wirausaha muda mahasiswa khususnya, serta dengan stakeholders terkait.
d. Dampak langsung :meningkatnya kualitas, pelaku, dan jaringan bisnis
e. Dampak tidak langsung :terciptanya atmosfer kewirausahaan yang kondusif termasuk sistem pembinaannya di lingkungan IPB.
Target
a. Kuantitatif : Jumlah wirausaha muda mahasiswa dan stakeholders terkait yang terlibat secara langsung
b. Kualitatif : Pemahaman konsep entrepreneur berkarakter leader , serta aplikasinya dalam kehidupan
Dana
a. DIPA : Rp 0,-
b. Non DIPA : Rp 20.000.000,-

Catatan : silakan dikoreksi.