Selasa, 10 November 2009

Berbagi dari Praktikum Kastrasi, Semoga Bermanfaat.





OPERASI
Sebelum operasi, dilakukan pemeriksaan fisik (PE) terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi normal hewan yang akan dioperasi. Hasil pemeriksaan PE dicatat pada tabel protokol bedah. Setelah itu hewan diberi premedikasi berupa atropin dengan rute subcutan 10 menit sebelum diberikan anastesi umum. Selanjutnya anastetikum campuran xylazine dan ketamine diberikan dengan cara injeksi intramuscular.
Kucing yang sudah dibius dan dicukur pada area yang akan dioperasi diposisikan di atas meja operasi. Proses penyayatan kulit dilakukan dengan hati-hati menggunakan silet operasi khusus(blade) yang sangat tajam, sayatan + 1 cm. Metode yang digunakan adalah kastrasi terbuka, sehingga dilakukan penyayatan pada scrotum, tunika dartos, dan tunica vaginalis. Setelah terlihat, testis ditarik keluar, lalu salurannya diikat dengan benang. Agar kuat, sebelum diikat benang difiksir dengan menggunakan jarum dan sedikit dikaitkan pada saluran testis. Kemudian saluran yang telah terikat tadi dipotong dengan gunting. Setelah testis berhasil diangkat, diberikan antibiotik penicillin secara topikal dan dilakukan penjahitan pada area yang terbuka tadi dengan menggunakan benang cat gut 1-3 jahitan. Antibiotik Oxytetrasiklin disuntikkan dengan rute intramuskular. dosis Oxytetrasiklin yang diberikan adalah 14 mg/ kg BB.
Bekas jahitan dibersihkan dari darah sehingga meminimalisasi terjadinya infeksi oleh bakteri. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida, selanjutnya bekas jahitan diteteskan povidone iodine.

PEMBAHASAN
Kastrasi dalam bahasa kedokteran sering disebut sengan neuter atau orchidektomi. Orchidektomi merupakan sebuah prosedur operasi/ bedah dengan tujuan membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (terbius umum).
Kucing yang akan dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikastrasi ketika berumur sekitar 5-8 bulan. Para ahli perilaku hewan menyarankan melakukan kastrasi pada kucing sebelum memasuki masa puber, karena dapat mencegah munculnya sifat/ perilaku kucing yang tidak dinginkan. Kucing yang dikastrasi pada praktikum ini berumur 7 bulan, sehingga masih dalam kriteria cocok atau ideal untuk dilakukannya kastrasi. Beberapa organisasi yang peduli dengan overpopulasi kucing di Amerika bahkan melakukan kastrasi lebih awal pada kucing. Kucing-kucing tersebut telah dikastrasi pada umur 6 - 14 minggu. Kastrasi tidak mempengaruhi pertumbuhan badan kucing-kucing tersebut. Secara umum tindak kastrasi justru meningkatkan berat badan kucing atau cenderung menyebabkan obesitas, hal ini dapat dilihat dalam jangka panjang yang tidak dapat diamati dalam waktu 5 hari post operasi. Kegemukan atau obesitas ini terjadi karena adanya perubahan metabolisme hormon setelah kastrasi yang menyebabkan kucing tidak lagi agresif dan lebih suka diam/ tidur. Sehingga akibat yang sering terjadi setelah kastrasi adalah kegendutan/ obesitas. Masalah ini bisa dicegah dengan mengontrol diet dan sering mengajak kucing bermain. Bermain dengan kucing menyebabkan kucing bergerak lebih banyak dan membakar cadangan lemak yang berlebih.
Metode kastrasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah kastrasi terbuka. Kastrasi terbuka artinya melakukan tindak bedah(kastrasi) dengan menyayat seluruh lapisan, mulai dari kulit/ scrotum, sampai tunika dartos dan tunika vaginalis, hewan berada di bawah pengaruh anastesi. Penambahan anastesi terjadi 1 kali karena kucing terbangun di pertengahan operasi.
Pada kastrasi terbuka akan memperlihatkan adanya pembuluh darah-pembuluh darah testis dan kemudian diikat, dipisahkan dari duktus deferren. Metode kastrasi terbuka digunakan karena dinilai lebih aman untuk dilakukan, dibandingkan dengan metode yang tertutup. Metode kastrasi tertutup memiliki kemungkinan untuk lepasnya ikatan lebih besar sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya pendarahan. Monitoring post operasi juga menunjukkan hal yang tidak bersifat merugikan ataupun berakibat buruk baik dari segi pernafasan, sirkulasi darah (jantung), dan temperatur selama 5 hari.
Banyak keuntungan dari melakukan tindak kastrasi kucing jantan lebih awal (sebelum masa puber). Risiko timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan hormon testosteron yang dihasilkan testis dapat diperkecil dengan tindakan kastrasi. Testosteron adalah hormon yang dihasilkan oleh testis, hormon ini mempengaruhi banyak pola-pola perilaku pada kucing jantan termasuk perilaku agresif, sehingga kastrasi juga dapat membuat berkurangnya sifat/perilaku agresif ini dan membuat kucing cenderung lebih manja.
Beberapa keuntungan lainnya yaitu kastrasi mencegah kelahiran anak kucing yang tidak diinginkan. Selain menjaga populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga memungkinkan pemilik kucing bisa merawat kucing-kucingnya dengan maksimal.
Aspinall (2006) juga menyatakan bahwa indikasi dari kastrasi bervariasi. Biasanya untuk mencegah beranak dan mengembara atau untuk mencegah perilaku jantan yang agresif.
Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar melalui udara. Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat mengetahui dimana letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini, lalu kemudian mencari dan mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh. Kucing jantan yang telah dikastrasi cenderung tidak bereaksi terhadap feromon ini dan lebih suka diam di dalam rumah
Keuntungan lain dilakukannya tindak kastrasi yaitu jarangnya kucing terluka akibat berkelahi dengan kucing lain. Semakin jarang terluka semakin kecil juga kemungkinan terkena penyakit yang dapat menular melalui luka/ kontak. Beberapa kucing dikastrasi karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan kucing-kucing cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah kucing-kucing cacat dapat dikurangi.
Banyak sekali penyakit klinis pada alat kelamin jantan yang dapat diatasi dengan tindak kastrasi. Beberapa diantaranya adalah tumor scrotum, edema scrotum, monorchid, cryptorchid, orchitis, epididimitis, prostatitis, phimosis, paraphimosis, veneric sarcoma, dll.
Menurut Slatter (2003), treatment yang bisa dilakukan untuk mengurangi ukuran prostat untuk meringankan gejala pada obstruksi saluran pelvis antara lain yang disarankan adalah kastrasi. Involusi permanen dari prostat dan mengobati gejala klinis yang terjadi dalam 2 atau 3 minggu. Hewan-hewan yang dikastrasi mungkin perlu dipertimbangkan pemberian terapi androgen atau estrogen.

DAFTAR PUSTAKA
Aspinal, Victoria. 2006. The Complete Textbook of Veterinary Nursing. Butterworth Heinemann: ELSEVIER.
Melches, Susanne, et al.2007. Castration of lamb: A welfare comparison of different castration techniques in lambs over 10 week of age. The Veterinary Journal. ELSEVIER.
Micol, D, et al. 2009. Effect of Age Castration on Animal Performance, Muscle Characteristics and Meat Quality Traits in 26-month-old Charolais Streers. Livestock Science. ELSEVIER
Price, J, et al.2005. Current Practice Relating to Equine Castration in the UK. Research in Veterinary Science. ELSEVIER.
Slatter, DH. 2003. Textbook of Animal Surgery. Philadelpia: WB Saunders.
http://www.kucingkita.com/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=129

Tidak ada komentar:

Posting Komentar